Tuesday, November 4, 2014

Kegiatan Politisi Perempuan Dunia di Vienna

Oleh : Aerin Nizar (Wakil Sekretaris DPD Partai Demokrat Provinsi Sulsel)

Salah Satu Musium bergaya Gothic di Vienna
Setelah terbang kurang lebih 13 jam dari Jakarta, transit di Qatar, akhirnya saya tiba di Kota Vienna, Austria untuk memenuhi undangan dari IRI dan WDN dalam kegiatan Konfrensi Akademi Perempuan untuk Kepemimpinan Partai Politik. Hadir dalam kegiatan ini delegasi politisi perempuan dari negara Bosnia Herzegovina, Syria, El Salvador, Serbia, Kenya, Indonesia, Nepal, Ukraina, dan Mongolia. Saya turut hadir diundang dalam kegiatan ini sebagai politisi perempuan yang mewakili Indonesia, mungkin karena telah terdaftar sebagai alumnus pelatihan IRI, anggota IRI dan WDN dan trainer WDN (sebelumnya pernah diminta WDN untuk menjadi trainer di Phnom Penh Kamboja dua tahun silam). IRI atau International Democracy Institute selama 25 tahun telah memberikan kontribusi penting untuk peningkatan kapasitas perempuan politik. Sementara WDN (Women Democracy Network sebagai mitra kerja IRI adalah sebuah lembaga non profit yang berpusat di Washington DC yang bekerja di 61 negara dan setiap tahunnya melaksanakan kegiatan capacity building untuk politisi perempuan di parpol dan di parlemen. Kota Vienna sendiri sebagai tempat pertemuan minggu itu, merupakan ibukota negara Austria yang kotanya dikelilingi museum dan bangunan eks monarki bergaya gothic dan kedatangan saya di Negara berbahasa Jerman ini disambut dengan cuaca 17 Derajat Celsius yang merupakan cuaca terbaik untuk mengunjungi dan belajar di negara Eropa Timur ini.

Peserta Akademi WDN Vienna & anggota Parlemen Austria
Hari pertama kegiatan Akademi Perempuan untuk Kepemimpinan Parpol di Hotel Marriott Vienna diisi dengan pembukaan dan perkenalan seluruh anggota delegasi. Sebagian besar perempuan yang hadir merupakan anggota Parlemen dan pengurus harian partai politik di negaranya masing-masing, sementara lainnya adalah pengurus sayap partai dan juga dari NGO. Pembukaan diisi dengan pemaparan program dan kegiatan akademi ini oleh Direktur WDN, Erika Veberyte, dari Washington DC yang membahas beberapa kegiatan dan program WDN di banyak negara. Erika menekankan tentang pentingnya menjalin network antar politisi perempuan dunia dan bagaimana WDN berperan mendukung kegiatan ini.

Maria Raunch-Kallat, President Alpha Club, Former Minister of Environment. Foto By : @WDN
Selanjutnya Maria Rauch-Kallat, politisi senior Austria yang telah menjadi anggota parlemen sejak tahun 1983 sampai tahun 2008 dan kemudian menjadi Menteri Lingkungan Hidup Austria mengisi materi kedua. Maria Rauch-Kallat membawa peserta ke Alpha Club dengan berjalan kaki yang letaknya tidak jauh dari hotel kami dan memperkenalkannya sebagai sebuah gedung pertemuan di tengah kota Austria yang berfungsi sebagai tempat berkumpul, pusat pelatihan, lounge untuk pertemuan politisi antar partai di Austria yang didirikan oleh politisi senior ini, dan tempat pertemuan rutin perempuan dari berbagai profesi dan latar belakang untuk menjadi mentor dan mentee bagi mereka yang lebih muda atau pemula. Alpha Club ini merupakan media networking yang efisien karena telah menjadi sumber pertukaran informasi yang tidak terbatas. Maria juga memberikan wawasan dan pengalamannya tentang pentingnya membangun koalisi dan kerjasama untuk efektifnya upaya pencapaian tujuan politik bersama sesama internal maupun external parpol.

Anca Malavasic, pemateri tentang “How To Get Things Done”
Materi terakhir sore itu diisi oleh pemateri inspiratif, Anca Malavasic, seorang senior manajer di Bank Austria, mentor Alpha Club, pakar komunikasi dan manajemen perubahan yang menekankan pada kami tentang pentingnya menyelesaikan suatu pekerjaan dan mempertahankan value standar bekerja kita di politik, bagaimanapun banyaknya tantangan dan resiko yang dihadapi dalam menjaga nilai-nilai tersebut.


Makan Malam ala Austria
Selama empat hari akademi perempuan untuk kepemimpinan partai politik, peserta juga diberi kesempatan untuk menikmati makan siang dan makan malam di beberapa restaurant Austria untuk menikmati sajian khas Negara tersebut. Selain pemberian materi di dalam kelas, materi juga diberikan di luar kelas dengan mengunjugi beberapa tempat menarik seperti gedung parlemen untuk berdiskusi dan bertemu langsung dengan para politisi perempuan yang menjadi pemimpin parpol, kantor ombudsman Austria yang di ketuai oleh perempuan mantan legislator, kantor dan toko perhiasan Tiffany and Co untuk berbincang dengan direktur operasional toko ini yang juga merupakan mentor volunteer Alpha Club, dan bertemu direktur eksekutif perempuan Bank Raffeisen Bank Austria untuk sharing pengalamannya sebagai pimpinan bank tersebut.


Santap Siang ala Austrian 

Kunjungan ke kantor Ombudsman Austria

Johanna Hellrigl, Senior Assistant WDN. Photo by @WDN
Di hari kedua, peserta diberi materi tentang strategi membangun dukungan untuk perempuan di dalam parpol yang inti materinya adalah agar perempuan belajar strategy untuk menonjolkan kapasitas mereka dengan lebih percaya diri. Selanjutnya peserta diberi penjelasan menarik dari Johanna Hellrigl, yang  merupakan senior asisten program WDN. Johanna menjelaskan tentang peluang bagi peserta untuk mendapat fasilitasi dari WDN setelah kembali ke Negara masing-masing untuk membentuk Forum Pendidikan Politik Perempuan. WDN akan memfasilitasi sepenuhnya jika Forum tersebut dibentuk secara multi partai, namun jika sebuah partai ingin membentuk tersendiri Forum Pendidikan ini tanpa melibatkan partai lain, maka WDN dapat membantu dalam bentuk materi dan modul saja.

Agenda selanjutnya di hari itu diisi dengan kunjungan ke beberapa lokasi menarik, termasuk ke museum-museum terkenal di Vienna.
Ber-WeFie dengan peserta dengan latar belakang Istana Schonbrunn

Menyaksikan debat politisi perempuan di parlemen Austria yang membahas tentang Kebijakan Luar Negeri mereka.
Peserta akademi diberi materi tentang bagaimana bertahan di dunia laki-laki yang dibawakan oleh politisi perempuan senior yang telah lama menjadi pengurus Uni Eropa yang berkedudukan di Vienna Austria, yang dilanjutkan dengan kunjungan ke parlemen sampai sore hari untuk bertemu dengan sejumlah pemimpin parpol yang juga menjadi legislator di DPR Austria. Malam harinya kami dipertemukan dengan sejumlah perempuan yang telah menjadi mentor dan mentee mereka yang telah dicoaching untuk menjadi perempuan berhasil seperti mentor mereka dan menyaksikan langsung bagaimana proses diskusi Tanya-jawab antara mentor dan mentee berlangsung di Alpha Club tersebut.

Suasana Kelas di Alpha Club, Vienna
Hari terakhir agenda Academi Perempuan untuk Kepemimpinan Parpol, kami diminta untuk masing-masing mempresentasikan dan menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan setelah kembali ke Negara masing-masing dengan mengadopsi materi yang diberikan oleh Anya tentang, How to Get Things Done. Di presentasi tersebut, peserta harus mampu menguraikan fakta-fakta kondisi terkini dan masalah yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang ingin diselesaikan, kemudian mengurai Tujuan dan Aksi yang merupakan langkah-langkah yang akan diambil. Setelah presentasi, setiap peserta memberi masukan terhadap presentasi peserta lainnya kemudian ditutup oleh masukan dari pemateri dan direktur WDN. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan bahwa keinginan saya untuk tetap bekerja di politik dan melanjutkan apa yang telah saya bangun di masyarakat walaupun tidak lagi duduk di parlemen. Saya menyadari akan terdapat hambatan dalam melaksanakan ini, karena tidak lagi memiliki akses dan kewenangan untuk dapat mengkoordinir sumberdaya yang bisa saya fasilitasikan ke masyarakat.  Akan tetapi, saya cukup yakin bahwa dengan jaringan dan hubungan baik saya yang telah terbangun selama ini dengan aparat pemerintah, tokoh-tokoh kunci di masyarakat, dan investasi-investasi social yang sudah terbangun selama ini, maka hambatan itu saya yakini akan dapat teratasi.



Adapun beberapa pelajaran penting yang bisa saya ambil selama mengikuti kegiatan ini adalah :

  1.      Pentingnya berjejaring atau networking untuk membangun wawasan dan kapasitas perempuan politik. Saatnya perempuan bekerja sama dan tunjukkan kemampuan. Model Mentor dan Mentee dari Alpha Club bisa diadopsi untuk membangun kader-kader perempuan di politik yang tangguh.
  2. Oleh-oleh dari WDN adalah Forum Pendidikan Politik untuk Perempuan. WDN telah menfasilitasi Forum ini di beberapa Negara Afrika dan berhasil dengan baik. Oleh karena itu sudah saatnya politisi perempuan Indonesia juga mengambil peluang baik itu dengan segera membentuknya baik itu multi partai maupun intra partai agar bisa mengakses fasilitas yang akan diberikan oleh WDN untuk perempuan politik di Indonesia.
  3. Perempuan yang bisa bertahan dan menonjol di politik bukan merupakan pekerjaan mudah. Hanya perempuan-perempuan yang teguh memegang nilai-nilai, keyakinkan, dan standar kerja yang dimiliki, tanpa terikut arus dan model/karakter kerja laki-laki, yang dapat muncul sebagai perempuan ‘pemenang’.

Di akhir tulisan ini, saya ingin mengutip kiasan menarik dari materi Maria Rauch-Kallat yang mengatakan bahwa "Politic is a dirty business, but women have been cleaning up other people's messes for centuries" atau secara bebas saya artikan bahwa politik adalah urusan yang kotor, namun perempuan telah membersihkan 'sampah' orang lain selama berabad-abad lamanya. Sebuah ungkapan menarik yang sebenarnya saya aminkan juga karena hal itu benar adanya dan tentunya ungkapan ini bisa jadi bahan diskusi menarik untuk dibahas lebih lanjut. Salam Semangat!