Friday, December 8, 2017

Kutipan Media : Dr. Ir. Aerin Nizar Pimpin Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Makassar

http://www.lamellong.com/2017/12/dr-ir-aerin-nizar-pimpin-ikatan.html


Dr. Ir. Aerin Nizar Pimpin Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Makassar 


Ketua Umum IPEMI Pusat, Ingrid Kansil bersama Ketua IPEMI Kota Makassar, Aerin Nizar

MAKASSAR.LAMELLONG.COM : - 

Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (Ipemi) Sulsel berkomitmen hadir sebagai asosiasi yang memberikan kontribusi positif bagi sejumlah pengusaha muslimah di daerah ini. Salah satunya memberikan kontribusi dalam menggerakkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Makassar, yang memang terbilang besar.

Hal itu disampaikan Ketua IPEMI Makassar Aerin Nizar, disela-sela pelantikan pengurus IPEMI Sulsel, di Gedung Mulo Makassar, Kamis (7/12/2017). Pengurus IPEMI Sulsel dilantik oleh Ketuanya, Rosnani Smith Pabbola.

Mantan Anggota DPRD Sulsel ini mengatakan, Ipemi adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk dan didirikan untuk meningkatkan peran dan kontribusi Pengusaha Muslimah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, menuju kemandirian ekonomi yang berkepribadian Indonesia dan berakhlakul karimah.

Tak hanya itu, kata dia, kehadirannya ingin membantu ekonomi khususnya muslimah, membangun jaringan dan memfasilitasi para muslimah yang memiliki UKM agar dapat terus berkembang.

“Kami ingin hadir sebagai lokomotif kekuatan baru mendorong peningkatan UKM para muslimah di Makassar, sehingga mereka bisa saling berjaringan dan saling membantu satu sama lainnya,” ujarnya.


Pengurus IPEMI Makassar bersama Ketua Umum IPEMI Pusat Ingrid Kansil

Aerin memaparkan, asosiasi yang baru dilantik ini memiliki 42 anggota dengan beragam jenis bisnis yang dimiliki seperti produk fashion berbrand lokal, kuliner, latar belakang notaris hingga media.

Pihaknya masih mengundang pengusaha lain untuk aktif berjaringan, karena hal ini tentu menguatkan satu sama lain dalam meningkatkan usaha. “Kami akan mendorong lahirnya warung muslimah untuk menggerakkan usaha kecil, bentuknya berupa toko kecil yang dapat meningkatkan ekonomi muslimah. Karena sejak bermunculannya usaha mart, beberapa usaha kecil gulung tikar,” paparnya.

Selain itu, kehadiaran Ipemi juga akan membantu pengusaha muslimah dalam mengakses pinjaman ke bank agar bisa bankable. Bentuknya dengan membangun kemitraa dengan pemerintah dan stakeholder lainnya.

Termasuk mendorong pemasaran produk UKM dalam sektor pariwisata, sehingga jika ada ole-ole terkait kunjungan wisatawan semuanya merupakan brand lokal yang diproduksi pengusaha muslimah lokal. Sementara itu, Ketua Ipemi Pusat, Ingrid Kansil, berharap agar organisasi ini terus bergerak memajukan ekonomi muslimah dengan senantiasa mempererat Ukhuwah Islamiyah.

“Ipemi harus menjadi tonggak awal majukan perekonomian muslimah di daerah, dengan senantiasa mengedepankan ukhuwah islamiyah,” pintanya.

Ipmei telah berdiri sejak tahun 2015 dengan Ketua Umum I, Ingrid Kansil, telah berhasil memajukan aktifitas UMKM dengan Program Warung Muslimah dan pasar muslimahnya yang sudah berjalan sukses di beberapa Provinsi.

Selain itu, Ipemi juga memiliki program lainnya seperti dakwah untuk mempererat ukhuwah islamiah, kegiatan sosial ke kaum dhuafa dan anak yatim, coaching dan mentoring bisnis kepada muslimah pelaku kepada UKM dan lainnya.

IPEMI memiliki kedudukan dan fungsi yang strategis, terutama untuk membantu pengembangan usaha-usaha para Muslimah, sehingga dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam pembangunan nasional. Keberadaan Ipemi diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui penguatan ekonomi para pengusaha muslimah, jamaah Majelis Taklim, maupun komunitas Islami lainnya.

Keberhasilan Pengusaha-Pengusaha Muslimah, baik di tingkat daerah, nasional, maupun regional, diharapkan dapat menjadi inspirasi dan semangat bagi Muslimah-Muslimah lainnya untuk terus mengembangkan usaha dan berkontribusi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan.

Keberadaan Ipemi menjadi sangat penting bagi para Pengusaha Muslimah di Indonesia, karena Ipemi dapat menjadi wadah untuk melakukan sinergi dan pengembangan jaringan usaha, termasuk untuk meningkatkan daya saing usaha dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Berikut Komposisi Pengurus Harian IPEMI Kota Makassar
Ketua              : Dr. Aerin Nizar, SP, MHRM.
Wakil Ketua 1 : Hj. Riyanti Nazief
Wakil Ketua 2 : Hj. Andi Ina Kartikasari, SH, MM.
Wakil Ketua 3 : dr. Rini Rachmawarni bachtiar, SpPD.
Sekretaris       : Hj. Sari Monalisa Syam
Bendahara      : Hj. Herlina Amin Noor, SH.

Tuesday, November 28, 2017

Kutipan Media : Pengurus IPEMI Temui Ketua Dekranasda Makassar, Ini yang Dibahas

http://makassar.tribunnews.com/2017/11/28/pengurus-ipemi-temui-ketua-demranasda-makassar-ini-yang-dibahas

Pengurus IPEMI Temui Ketua Dekranasda Makassar, Ini yang Dibahas

Laporan Wartawan Tribun Timur Hasrul
Pengurus Daerah IPEMI Kota Makassar dan IPEMI Sulsel bersama Ibu Ketua Dekranasda Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Pengurus Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) audience ke Ketua Dekranasda Makassar, Indira Yusuf Ismail di rumah jabatan Walikota Makassar, Senin (27/11/2017).
Ketua IPEMI Makassar, Aerin Nizar menjelaskan, kehadirannya untuk menyampaikan jadwal pelantikan IPEMI se-Sulsel yang akan berlangsung pada 7 Desember 2017 mendatang oleh Ketua Umum IPEMI Ingrid Kansil, yang memilih Kota Makassar sebagai tuan rumah.
“Kami juga berharap melalui pertemuan ini bisa bersinergi dengan Dekranasda, dan para muslimah Pelaku UMKM di wilayah Kota Makassar dalam kegiatan yang difasilitasi bersama dengan IPEMI," kata Aerin.
Dijelaskannya, selama ini IPEMI yang telah berdiri sejak tahun 2015 dengan Ketua Umum I Ingrid Kansil telah berhasil memajukan aktifitas UMKM dengan Program Warung Muslimah dan pasar muslimahnya yang sudah berjalan sukses di beberapa Provinsi.
Selain itu, IPEMI juga memiliki program lainnya seperti dakwah untuk mempererat ukhuwah islamiah, kegiatan sosial ke kaum dhuafa dan anak yatim, coaching dan mentoring bisnis kepada muslimah pelaku kepada UKM dan lainnya.
Sementara itu, Indira Jusuf Ismail sangat antusias menyambut rencana pelantikan tersebut, apalagi program-program yang disampaikan IPEMI saling sinergi antara Dekranasda,.
“Kedepannya kerja sama dengan muslimah pelaku UMKM di Kota Makassar dan IPEMI akan segera ditindak lanjuti dalam bentuk kegiatan,” katanya.
Turut hadir dalam audience tersebut bendahara IPEMI Herlina Amin Noor, Pengurus Wilayah IPEMI Provinsi Sulsel yang dipimpin oleh ketuanya Hj Rosnani Smith Pabbola.(*)

Saturday, May 20, 2017

Candu Baru : Akses Media Sosial

(Sebuah Kontemplasi setelah Workshop Medsos Partai Demokrat Sulsel) 

Oleh : Aerin Nizar

Workshop Media Sosial bagi para kader dan pengurus Partai Demokrat Sulsel pada tanggal 18-19 Mei 2017 baru saja berlalu dan meninggalkan banyak pelajaran dan kesan mendalam. Yang terlibat dalam proses tersebut ramai mempopulerkan hashtag #medsosdemokratsulsel meskipun banyak yang baru belajar mengakses media sosial. Popularitas dan pemanfaatan sosial media online sebagai cara komunikasi moderen memang penting dan telah meningkat drastis belakangan ini. Hampir semua pihak memanfaatkan medsos sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan dan citra yang ingin dibangun serta disampaikan ke khalayak. 

Dalam jurnal We Are Social (2016), di sebutkan bahwa di Indonesia dengan populasi penduduk yang mencapai sekitar 260 juta jiwa, di awal tahun 2106 saja terdapat 88,1 juta orang Indonesia yang memiliki akses internet. Dan dari populasi yang memiliki akses internet tersebut, terdapat 79 juta orang atau hampir 90% orang yang aktif sebagai pengguna media sosial dan angka ini naik 10% dari tahun sebelumnya. Dari angka tersebut diatas, maka tak heran jika Partai Politik dan para politisinya adalah salah satu elemen masyarakat yang merasakan pentingnya pemanfaatan dan koneksi melalui media sosial ini karena diseminasi informasi ke media melalui platform konvensional maupun moderen memiliki peran krusial dalam proses dan dinamika demokrasi. Selain itu, tak bisa dipungkiri pula bahwa media sosial juga dapat menjadi sumber informasi alternatif kepada pemilih dan masyarakat yang berujung pada pengambilan keputusan dan pilihan masyarakat terhadap partai politik dan politisinya.    

Media sosial adalah salah satu media alternatif modern yang telah berperan signifikan dan dipilih banyak orang dalam mengakses informasi. Terlebih ketika media-media konvensional yang ada dianggap tidak lagi memiliki objektifitas dalam menyebarkan informasi ke masyarakat atau kurang sigap menyampaikan informasi terbaru. Media sosial online dianggap alternatif pilihan yang lebih menarik karena selain tidak memiliki produser, sehingga tidak ada 'pesan sponsor', juga tidak memiliki 'gate-keeper', sehingga media sosial dianggap cenderung bebas lepas dan menyerahkan pilihan kedewasaan dan kecerdasan pengakses informasi dalam memilah antara informasi mana yang benar-valid dan mana yang hoax. 

Era awal penggunaan media sosial yang cukup massif di bidang politik mungkin bisa saya sebutkan dimulai dari Kampanye medsos Presiden AS Barrack Obama yang dianggap berhasil meraih simpati segmen pemilih muda secara siginifikan dan berlanjut perang medsos yang cukup sengit di era kontestasi Pilpres antara pendukung Trump dan Hillary. Di Indonesia peran medsos mulai terasa hangat ketika Pemilihan Gubernur DKI 2012 dengan kontestan Fauzi Bowo dan Jokowi. Begitu pula ketika Pilpres 2014 antara pendukung Jokowi dan Prabowo. Di Twitter menjadi ramai lalu lalang hashtag para pendukung misalnya hashtag #jkw4p atau #salamduajari dari pendukung Jokowi-JK, #indonesiasatu dan #pilihankusatu_Prabowo dari pendukung Prabowo. Terakhir, perang medsos di antara para pendukung kontestan Pilgub DKI 2017 yang masih terasa badai anginnya hingga detik ini, walaupun pemenangnya telah resmi diumumkan. 

Cerdas dan fasih bermedsos dalam era ini adalah hal yang tidak bisa dihindari lagi. Memang benar bahwa terasa ada gap teknologi bagi beberapa orang yang berasal generasi berbeda. Dalam teori generasi yang membaginya ke dalam generasi X, Y, dan Z, disebutkan bahwa beberapa orang yang berasal dari Generasi X mengalami gagap teknologi karena di jaman mereka dahulu media sosial belum menjadi bagian kesehariannya. Berbeda dengan Generasi Y yang keseharian mereka telah mulai di intervensi media sosial, dimana di era tersebut telah ada facebook, yahoo messanger, dan chatting dengan MIRC atau eBuddy. Masih ingat di zaman mulai mengetik chat dengan kata ASL PLS U1 yang hanya mereka di era Gen Y yang familiar dengan singkatan ini atau istilah "kick" jika yang di temani chat mulai mengesalkan. Dan Generasi Z adalah generasi yang paling fasih dengan teknologi karena boleh dikatakan sejak balita mereka sudah mulai bermain dengan smartphone. 

Media sosial adalah candu baru era moderen, jika tak pandai mengelolanya dengan bijak dan dewasa maka orang akan larut di dalamnya. Larut dalam lautan informasi yang tak terbatas, yang tak terpilah, yang bebas diakses kapan pun, dimana pun, dan oleh siapa pun. Disebutkan oleh Jurnal We Are Social (2016) bahwa orang Indonesia dan negara tetangga terdekat seperti Thailand, Malaysia, dan Philipina mengakses media sosial rata-rata sebanyak 3 jam per hari dan lebih tinggi daripada akses media sosial orang-orang di negara lain seperti di Amerika, Inggris,  Singapura, dan Hongkong yang hanya menggunakan media sosial sekitar 1,5-1,7 jam saja per hari. Adapun platform media sosial yang sering digunakan oleh orang Indonesia adalah media sosial jaringan internasional seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Instagram untuk berkomunikasi yang berbeda dengan masyarakat China dan Vietnam yang lebih memilih menggunakan platform media sosial lokal. 

Akses ke media sosial adalah sebuah akses ke dunia tanpa batas, tanpa jarak, dan bebas. Di dalamnya orang bebas membagikan informasi apa saja ke dalam platform tersebut. Telah banyak bukti yang ditunjukkan tentang manfaat yang diperoleh jika memiliki akses terhadap media sosial, namun tak sedikit pula dampak negatif media sosial jika kita tidak bijak dan cerdas memanfaatkannya. Dalam workshop Partai Demokrat Sulsel kami belajar banyak hal, salah satunya adalah mengoptimalkan akun-akun media sosial yang dimiliki untuk mendiseminasi informasi tentang diri kita dan partai kita yang tidak atau belum sempat dibagikan oleh media-media konvensional yang ada. Selain itu diajarkan pula untuk senantiasa menjaga etika, norma, jujur, benar, dan menampilkan fakta dan data valid dalam membagikan informasi di media sosial karena ada UU IITE yang akan memberi sanksi bagi mereka yang melanggar batas kepatutan dan kewajaran dalam bersosialisasi di ruang maya tanpa batas ini.

Mari mulai berselancar positif di ruang online! 


Makassar, 20 Mei 2017

Friday, April 28, 2017

Toleransi, Lisan, dan Tulisan-mu

Kehidupan mengajarkan untuk selalu menjaga Lisan saya.
Agama saya pun mengajarkan demikian.
Karena apa yang telah keluar dari mulut tidak akan mampu kamu tarik kembali...

Salah satu cara menjaga lisan (dan/atau tulisan) di era sos-med saat ini adalah dengan menahan diri utk tidak berkomentar atau share tentang Agama/Keyakinan orang lain.
Karena yakinlah komentar & status tsb pasti salah, tidak tepat, dan menyakiti perasaan.

Ajaran Agama/keyakinan lain pasti sulit diterima nalar dan logika mereka yang berbeda.
 Itulah sebabnya Agama tsb tidak menjadi Agama-mu atau Keyakinan-mu.
Maka akan sangat bijak jika kita Berhenti membuat komentar dan status atas sesuatu yg tidak kamu yakini/pahami benar.

Menjaga lisan dan tulisan kita adalah bentuk Toleransi yang sebenar-benarnya...🍃

(Note: Tulisan singkat ini dibuat di kendaraan yang membawa saya ke tujuan hari ini, setelah membaca sebuah berita di media online komentar seorg pejabat tentang penggunaan jilbab pada anak sekolah)

#stophujat #stopNyinyir #moveon #toleransiberagama #toleransi_tidakkomen_agamaorang
#toleransi_tidaknyinyir_agamaorang

Friday, April 21, 2017

Kartini, Kebaya, dan Kami

Oleh: Dr. Aerin Nizar (Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel)

Setiap tanggal 21 April, anak perempuanku dan anak-anak lainnya merayakannya dengan mengenakan kebaya atau batik ke sekolah - dan perusahaan serta toko memberikan diskon, voucher, dan penawaran menarik kepada semua perempuan sebagai bentuk tribute atau penghargaan kepada perempuan Indonesia yang dianggap sebagai pejuang perempuan dan feminis pertama, yakni Raden Ajeng Kartini. Para karyawan di kantor-kantor pemerintah dan bank-bank pun tak mau kalah ikut memeriahkan Hari Kartini dengan memberikan pelayanan dalam balutan busana-busana daerah yang menarik. Pertanyaannya, apakah memang sesederhana itukah makna Hari Kartini?

Hari Kartini merupakan sebuah momentum penting yang selayaknya tidak hanya dirayakan simbolis dengan kebaya, batik, konde, atau diskon. Dari 250 juta penduduk Indonesia, 120 juta jiwa penduduk Indonesia adalah perempuan. Ada beragam isu krusial di masa kini tentang perempuan daripada sekedar menonjolkan simbol kebaya dan konde ala Kartini di masa lalu. Isu-isu yang lekat dengan keseharian perempuan adalah misalnya kemiskinan, kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi di tempat kerja, meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri, yang sebagian besar bekerja sebagai pekerja rumah tangga dan mengasuh anak majikan untuk membiayai anak-anak mereka yang ditinggalkan di kampung halaman, serta pernikahan anak.

Jika ingin merefleksi kembali, masih teringat jelas di ingatan kita beberapa kasus-kasus kekerasan yang korbannya adalah perempuan dan anak yang terjadi di sepanjang tahun 2016 kemarin. Seperti misalnya kasus kekerasan seksual sadis pada anak yang terjadi di Lampung, kasus perkosaan yang berujung pada pembunuhan sadis pada buruh perempuan di kamar kost, dan kasus-kasus kekerasan seksual lainnya yang kemudian berujung pada wacana untuk memberlakukan hukuman dalam bentuk Perpu Kebiri dan pemasangan chip bagi para pelaku kejahatan seksual tersebut. Ribut-ribut soal kebiri dan pemasangan chip ini, kemudian membuat banyak pihak yang terlupa, bahwa ada korban-korban yang menyimpan trauma kekerasan yang memerlukan perhatian yang sama dan tidak ada satupun regulasi yang secara khusus memberikan hak-hak korban kejahatan seksual seperti upaya rehabilitasi, kompensasi, bantuan medis, psikologis, dan psikososial untuk korban kejahatan seksual terutama pada anak. Hanya ada satu regulasi yang tersedia yakni pada UU Nomor 31 tahun 2016 tentang perlindungan saksi dan korban, namun regulasi ini terbatas dan tidak komprehensif menyentuh kebutuhan esensil dari para korban kejahatan ini. Ini baru tentang kekerasan seksual, belum lagi kasus kemiskinan perempuan yang berujung pada pernikahan anak, imigrasi pekerja perempuan ke luar negeri menjadi TKW yang diikuti dengan sejumlah masalah seperti kekerasan fisik dan seksual, hukuman mati, pembunuhan, dan kasus-kasus lainnya yang menjadi collateral effects dari minimnya perhatian pada kebutuhan esensil perempuan yakni kesetaraan dan keadilan.

Masih lekat di ingatan kita pula, di tahun 2017 ini, cerita tentang Ibu Patmi seorang ibu dari Pegunungan Kendeng yang menyemen kakinya di depan istana sebagai bentuk protes atas pendirian pabrik semen di wilayah karst di Pati Jawa Tengah yang kemudian meninggal sakit dalam perjuangan tersebut. Ibu Patmi merupakan salah satu dari 9 Kartini dari Kendeng yang berjalan kaki, diintimidasi, meninggalkan ternak dan keluarga, menyemen kaki di depan istana demi untuk memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitar Karst Kendeng. Almarhumah Ibu Patmi ini menjadi contoh mulia bagaimana seorang perempuan tak kenal lelah dan rela berkorban demi keyakinannya dan keteguhannya untuk mendapatkan keadilan. Refleksi Hari Kartini yang dilaksanakan di Komnas Perempuan pada 20 April 2017 kemarin juga ikut mengkritisi isu tentang kekerasan Politik dan Kepemimpinan Perempuan, dan cerita tentang perjuangan 9 Kartini Kendeng dan Ibu Patmi ini menjadi kisah inspiratif perjuangan perempuan.

Tahukah anda semboyan RA Kartini? Beliau berkata “Aku mau!” dua kata sederhana itulah yang telah beberapa kali mendukung dan membawa kartini mampu melintasi besarnya kesulitan yang dia hadapi. Kartini tidak berkata “Aku Tiada Dapat!” karena menurutnya kata itu melenyapkan rasa berani yang membuat kita sulit mendaki puncak gunung tertinggi. Masih banyaknya isu-isu krusial perempuan, baiknya tidak membuat perempuan yang mampu bersuara, memiliki kewenangan, memiliki talenta dan kapasitas, serta kemauan berjuang bersama melawan kekerasan dan ketidakadilan, jadi berpuas diri dengan pencapaian yang dimiliki saat ini. Karena layaknya RA Kartini, yang hanya menyuarakan keresahannya atas ketidakadilan dan ketimpangan sosial melalui surat-surat ternyata masih mampu menggema sampai saat ini.   

RA Kartini berusia pendek, meninggal di usia 24 tahun tak lama setelah melahirkan anak pertamanya. Walaupun berumur tidak panjang, namun RA Kartini berhasil meninggalkan sebuah legacy penting yang telah mendorong ditegakkannya hak-hak para Kartini masa kini. Perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh Kartini masa kini, belum selesai. Kartini abad modern di masa ini juga belum terlepas dari stereotype faham patriarkis yang terkadang masih mendikte tentang bagaimana seharusnya perempuan berpendapat, bertindak, berbicara, bersikap, beraktifitas, berbusana, berpendidikan, dan sebagainya. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perempuan Indonesia masa kini, termasuk isu-isu kemanusiaan yang lekat dengan kehidupan perempuan, dan RA Kartini telah memberikan inspirasi untuk melanjutkan upaya-upaya yang bisa menerobos tembok penghalang kemajuan perempuan Indonesia.

Selamat Hari Lahir Ibu RA Kartini. Surah Al Fatihah terkirim untukmu.


Makassar, 21 April 2017.