Oleh : Aerin
Nizar (Wakil Sekretaris DPD Partai Demokrat Provinsi Sulsel)
![]() |
Salah Satu Musium bergaya Gothic di Vienna |
Setelah terbang
kurang lebih 13 jam dari Jakarta, transit di Qatar, akhirnya saya tiba di Kota
Vienna, Austria untuk memenuhi undangan dari IRI dan WDN dalam kegiatan
Konfrensi Akademi Perempuan untuk Kepemimpinan Partai Politik. Hadir dalam
kegiatan ini delegasi politisi perempuan dari negara Bosnia Herzegovina, Syria,
El Salvador, Serbia, Kenya, Indonesia, Nepal, Ukraina, dan Mongolia. Saya turut
hadir diundang dalam kegiatan ini sebagai politisi perempuan yang mewakili
Indonesia, mungkin karena telah terdaftar sebagai alumnus pelatihan IRI, anggota
IRI dan WDN dan trainer WDN (sebelumnya pernah diminta WDN untuk menjadi
trainer di Phnom Penh Kamboja dua tahun silam). IRI atau International
Democracy Institute selama 25 tahun telah memberikan kontribusi penting untuk
peningkatan kapasitas perempuan politik. Sementara WDN (Women Democracy Network
sebagai mitra kerja IRI adalah sebuah lembaga non profit yang berpusat di
Washington DC yang bekerja di 61 negara dan setiap tahunnya melaksanakan
kegiatan capacity building untuk politisi perempuan di parpol dan di parlemen.
Kota Vienna sendiri sebagai tempat pertemuan minggu itu, merupakan ibukota negara
Austria yang kotanya dikelilingi museum dan bangunan eks monarki bergaya gothic
dan kedatangan saya di Negara berbahasa Jerman ini disambut dengan cuaca 17 Derajat
Celsius yang merupakan cuaca terbaik untuk mengunjungi dan belajar di negara
Eropa Timur ini.
![]() |
Peserta Akademi WDN Vienna & anggota Parlemen Austria |
Hari pertama
kegiatan Akademi Perempuan untuk Kepemimpinan Parpol di Hotel Marriott Vienna
diisi dengan pembukaan dan perkenalan seluruh anggota delegasi. Sebagian besar
perempuan yang hadir merupakan anggota Parlemen dan pengurus harian partai
politik di negaranya masing-masing, sementara lainnya adalah pengurus sayap
partai dan juga dari NGO. Pembukaan diisi dengan pemaparan program dan kegiatan
akademi ini oleh Direktur WDN, Erika Veberyte, dari Washington DC yang membahas
beberapa kegiatan dan program WDN di banyak negara. Erika menekankan tentang
pentingnya menjalin network antar politisi perempuan dunia dan bagaimana WDN
berperan mendukung kegiatan ini.
![]() |
Maria Raunch-Kallat, President Alpha Club, Former Minister of Environment. Foto By : @WDN |
Selanjutnya Maria
Rauch-Kallat, politisi senior Austria yang telah menjadi anggota parlemen sejak
tahun 1983 sampai tahun 2008 dan kemudian menjadi Menteri Lingkungan Hidup
Austria mengisi materi kedua. Maria Rauch-Kallat membawa peserta ke Alpha Club dengan
berjalan kaki yang letaknya tidak jauh dari hotel kami dan memperkenalkannya
sebagai sebuah gedung pertemuan di tengah kota Austria yang berfungsi sebagai
tempat berkumpul, pusat pelatihan, lounge untuk pertemuan politisi antar partai
di Austria yang didirikan oleh politisi senior ini, dan tempat pertemuan rutin
perempuan dari berbagai profesi dan latar belakang untuk menjadi mentor dan
mentee bagi mereka yang lebih muda atau pemula. Alpha Club ini merupakan media
networking yang efisien karena telah menjadi sumber pertukaran informasi yang
tidak terbatas. Maria juga memberikan wawasan dan pengalamannya tentang
pentingnya membangun koalisi dan kerjasama untuk efektifnya upaya pencapaian
tujuan politik bersama sesama internal maupun external parpol.
![]() |
Anca Malavasic, pemateri tentang “How To Get Things Done” |
Materi terakhir sore
itu diisi oleh pemateri inspiratif, Anca Malavasic, seorang senior manajer di
Bank Austria, mentor Alpha Club, pakar komunikasi dan manajemen perubahan yang
menekankan pada kami tentang pentingnya menyelesaikan suatu pekerjaan dan
mempertahankan value standar bekerja kita di politik, bagaimanapun banyaknya
tantangan dan resiko yang dihadapi dalam menjaga nilai-nilai tersebut.
![]() |
Makan Malam ala Austria |
Selama empat hari
akademi perempuan untuk kepemimpinan partai politik, peserta juga diberi
kesempatan untuk menikmati makan siang dan makan malam di beberapa restaurant Austria
untuk menikmati sajian khas Negara tersebut. Selain pemberian materi di dalam
kelas, materi juga diberikan di luar kelas dengan mengunjugi beberapa tempat
menarik seperti gedung parlemen untuk berdiskusi dan bertemu langsung dengan
para politisi perempuan yang menjadi pemimpin parpol, kantor ombudsman Austria
yang di ketuai oleh perempuan mantan legislator, kantor dan toko perhiasan
Tiffany and Co untuk berbincang dengan direktur operasional toko ini yang juga
merupakan mentor volunteer Alpha Club, dan bertemu direktur eksekutif perempuan
Bank Raffeisen Bank Austria untuk sharing pengalamannya sebagai pimpinan bank
tersebut.
![]() |
Santap Siang ala Austrian |
![]() |
Kunjungan ke kantor Ombudsman Austria |
![]() |
Johanna Hellrigl, Senior Assistant WDN. Photo by @WDN |
Di hari kedua,
peserta diberi materi tentang strategi membangun dukungan untuk perempuan di
dalam parpol yang inti materinya adalah agar perempuan belajar strategy untuk
menonjolkan kapasitas mereka dengan lebih percaya diri. Selanjutnya peserta
diberi penjelasan menarik dari Johanna Hellrigl, yang merupakan senior asisten program WDN. Johanna
menjelaskan tentang peluang bagi peserta untuk mendapat fasilitasi dari WDN
setelah kembali ke Negara masing-masing untuk membentuk Forum Pendidikan
Politik Perempuan. WDN akan memfasilitasi sepenuhnya jika Forum tersebut
dibentuk secara multi partai, namun jika sebuah partai ingin membentuk
tersendiri Forum Pendidikan ini tanpa melibatkan partai lain, maka WDN dapat
membantu dalam bentuk materi dan modul saja.
Agenda
selanjutnya di hari itu diisi dengan kunjungan ke beberapa lokasi menarik,
termasuk ke museum-museum terkenal di Vienna.
![]() |
Ber-WeFie dengan peserta dengan latar belakang Istana Schonbrunn |
![]() |
Menyaksikan debat politisi perempuan di parlemen Austria yang membahas tentang Kebijakan Luar Negeri mereka. |
Peserta akademi diberi materi tentang bagaimana bertahan di dunia
laki-laki yang dibawakan oleh politisi perempuan senior yang telah lama menjadi
pengurus Uni Eropa yang berkedudukan di Vienna Austria, yang dilanjutkan dengan
kunjungan ke parlemen sampai sore hari untuk bertemu dengan sejumlah pemimpin
parpol yang juga menjadi legislator di DPR Austria. Malam harinya kami
dipertemukan dengan sejumlah perempuan yang telah menjadi mentor dan mentee
mereka yang telah dicoaching untuk menjadi perempuan berhasil seperti mentor
mereka dan menyaksikan langsung bagaimana proses diskusi Tanya-jawab antara
mentor dan mentee berlangsung di Alpha Club tersebut.
![]() |
Suasana Kelas di Alpha Club, Vienna |
Hari terakhir agenda
Academi Perempuan untuk Kepemimpinan Parpol, kami diminta untuk masing-masing
mempresentasikan dan menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan setelah
kembali ke Negara masing-masing dengan mengadopsi materi yang diberikan oleh
Anya tentang, How to Get Things Done. Di presentasi tersebut, peserta harus
mampu menguraikan fakta-fakta kondisi terkini dan masalah yang dihadapi dalam
mencapai tujuan yang ingin diselesaikan, kemudian mengurai Tujuan dan Aksi yang
merupakan langkah-langkah yang akan diambil. Setelah presentasi, setiap peserta
memberi masukan terhadap presentasi peserta lainnya kemudian ditutup oleh masukan
dari pemateri dan direktur WDN. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan
bahwa keinginan saya untuk tetap bekerja di politik dan melanjutkan apa yang
telah saya bangun di masyarakat walaupun tidak lagi duduk di parlemen. Saya
menyadari akan terdapat hambatan dalam melaksanakan ini, karena tidak lagi
memiliki akses dan kewenangan untuk dapat mengkoordinir sumberdaya yang bisa
saya fasilitasikan ke masyarakat. Akan
tetapi, saya cukup yakin bahwa dengan jaringan dan hubungan baik saya yang
telah terbangun selama ini dengan aparat pemerintah, tokoh-tokoh kunci di
masyarakat, dan investasi-investasi social yang sudah terbangun selama ini,
maka hambatan itu saya yakini akan dapat teratasi.
Adapun beberapa
pelajaran penting yang bisa saya ambil selama mengikuti kegiatan ini adalah :
- Pentingnya berjejaring atau networking untuk membangun wawasan dan kapasitas perempuan politik. Saatnya perempuan bekerja sama dan tunjukkan kemampuan. Model Mentor dan Mentee dari Alpha Club bisa diadopsi untuk membangun kader-kader perempuan di politik yang tangguh.
- Oleh-oleh dari WDN adalah Forum Pendidikan Politik untuk Perempuan. WDN telah menfasilitasi Forum ini di beberapa Negara Afrika dan berhasil dengan baik. Oleh karena itu sudah saatnya politisi perempuan Indonesia juga mengambil peluang baik itu dengan segera membentuknya baik itu multi partai maupun intra partai agar bisa mengakses fasilitas yang akan diberikan oleh WDN untuk perempuan politik di Indonesia.
- Perempuan yang bisa bertahan dan menonjol di politik bukan merupakan pekerjaan mudah. Hanya perempuan-perempuan yang teguh memegang nilai-nilai, keyakinkan, dan standar kerja yang dimiliki, tanpa terikut arus dan model/karakter kerja laki-laki, yang dapat muncul sebagai perempuan ‘pemenang’.
Di akhir tulisan
ini, saya ingin mengutip kiasan menarik dari materi Maria Rauch-Kallat yang
mengatakan bahwa "Politic is a dirty
business, but women have been cleaning up other people's messes for centuries"
atau secara bebas saya artikan bahwa politik adalah urusan yang kotor, namun
perempuan telah membersihkan 'sampah' orang lain selama berabad-abad lamanya.
Sebuah ungkapan menarik yang sebenarnya saya aminkan juga karena hal itu benar adanya
dan tentunya ungkapan ini bisa jadi bahan diskusi menarik untuk dibahas lebih
lanjut. Salam Semangat!