Ditulis Oleh: Aerin Nizar
Peserta Indonesia Dengan Latar Belakang Gedung Parlemen |
Menjadi saksi peristiwa politik
bersejarah pemerintahan Australia, dialami oleh ke 20 peserta kuliah singkat women in politik di Canberra pada
tanggal 24 November lalu. Jadwal kuliah hari itu diadakan di gedung parlemen
Australia di Canberra karena para pemateri adalah anggota parlemen perempuan
Australia dari Partai Buruh dan Partai Liberal serta ketua KPU Australia.
Gedung parlemen Australia dikenal
memiliki tingkat keamanan super ketat dan para peserta sudah dapat merasakan
hawa ketegangan di dalam gedung ini karena issu tentang rencana Ketua DPR
Australia mengundurkan diri setelah 4 tahun memegang jabatan sebagai “speaker”.
Akhirnya pada pukul 9 pagi waktu setempat, tak lama setelah kuliah akan dibuka,
Ketua DPR Australia atau Speaker Of the House of Representative Harry Jenkins
mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya. Dampak dari pengumuman
pengunduran diri Jenkins terlihat jelas pada kubu Partai Buruh yang merupakan
Partai pemerintah saat ini dimana seluruh anggota parlemen partai buruh kemudian
nampak sibuk berkonsolidasi dan mengatur strategi untuk pemilihan dan penentuan
pimpinan baru selanjutnya.
Kesibukan konsolidasi dan
pengaturan strategi ini dirasakan langsung juga oleh seluruh peserta Perempuan
Politik yang ruang pertemuan kuliah hari itu yang hanya terpisah beberapa meter
dari ruangan rapat para anggota parlemen termasuk ruang Perdana Menteri
Australia Julia Gillard. Peserta ikut merasakan dinamika politik Australia saat
itu karena para pemateri yang membawakan kuliah juga menceritakan pada para
peserta setiap ada perkembangan terbaru terkait lobby dan permufakatan yang
dilakukan saat itu untuk pencalonan Speaker atau Ketua DPR baru. Yang menarik
adalah dari banyaknya calon yang diusulkan sebagai kandidat ‘speaker’ pengganti
Jenkins sebelum voting pemilihan Ketua DPR Baru dimulai, banyak kandidat
menolak memegang tugas ini karena menganggap tugas ini sangat berat dan harus
selalu bersikap netral.
Peran speaker di Parlemen Australia sangat penting karena Ketua DPR inilah
yang berperan sebagai ‘wasit’ terutama ketika masa Debat antara partai
pemerintah dan oposisi berlangsung. Gaya kepemimpinan ‘speaker’ menjadi penentu
berhasil atau tidaknya sebuah proses kesepakatan di parlemen Australia. Adanya
seorang ‘speaker’ di parlemen hanya akan ditemui pada parlemen yang mengadopsi
gaya parlemen Westminister atau gaya parlemen Inggris, yang biasanya diterapkan
oleh Negara bekas jajahan Inggris. Di masa kerajaan Inggris dahulu, jika
seorang ‘speaker’ gagal menjalankan tugas maka ia harus siap dipenggal
kepalanya oleh raja. Oleh karena itu, ada tradisi di parlemen Australia, dimana
seorang ‘speaker’ baru tampak akan seperti ‘dipaksa’ dan didampingi ketika
pertama kali menuju kursi speaker yang terletak bagian depan tengah parlemen
dan menempati kursi yang tinggi.
Setelah melalui voting yang
menarik, akhirnya wakil speaker Peter Slipper dari Partai Buruh terpilih
menjadi ketua DPR Australia yang baru dan mempercayakan Anna Burke sebagai
wakil Speaker perempuan. Ketua DPR terpilih kemudian langsung memimpin sesi
debat antara pemerintah dan partai oposisi yakni Partai Liberal dan jelas terlihat kecanggungan Slipper memimpin sesi
debat tersebut dan beberapa kali gagal meredakan kericuhan yang terjadi selama debat
berlangsung. Debat gaya parlemen Australia memiliki banyak keunikan. Seperti
misalnya ketika wakil pihak Oposisi membacakan pidato kritikannya kepada Partai
Pemerintah, anggota parlemen dari Oposisi tidak hanya diam mendengar namun juga
ikut mengejek dan mencemoh dengan suara riuh rendah silih berganti. Begitu juga
dengan para anggota parlemen Partai Buruh yang juga ikut membalas kritikan,
cemohan, dan ejekan dari para anggota Partai opisisi. Situasi provokatif
seperti inilah yang membuat ‘speaker’ harus bekerja keras mengatur perdebatan
dan harus selalu netral walaupun Slipper berasal dari Partai Buruh dan
seringkali harus berkata ‘order, order!’ yang meminta para anggota parlemen
tertib. Debat ditutup dengan pidato jawaban dari Pihak Pemerintah atau Partai
Buruh yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Australia Julia Gillard yang
juga tidak kebal dari cemohan dan ejekan riuh rendah dari para anggota oposisi.
Gaya debat unik dan provokatif dari parlemen Australia adalah model interaksi
parlemen yang penuh dinamika dan warna.
Satu hal penting yang perlu
dijadikan catatan dalam kuliah hari itu adalah bahwa parlemen Australia yang
dikenal kaku dan ketat ternyata mampu mengakomodasi keterwakilan perempuan
secara proporsional dengan menempatkannya pada posisi strategis dan penentu
kebijakan yang terlihat dari terpilihnya Julia Gillard sebagai Perdana Menteri
dan Anna Burke sebagai wakil ketua DPR.
Info tentang Julia Gillard bisa di Klik http://www.alp.org.au/julia-gillard/
Info tentang Anna Burke bisa di Klik http://www.annaburke.com/