Ditulis oleh: Aerin Nizar
Monica Costa, CDI |
Perempuan tidak tertarik pada
politik dibandingkan dengan laki-laki. Pernyataan menarik ini merupakan hasil
survey dari penelitian yang diadakan di Negara Australia dimana kaum perempuannya
lebih maju daripada perempuan di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Namun, selanjutnya hasil survey ini juga
menunjukkan bahwa perempuan lebih tertarik pada isu-isu domestic seperti
kesehatan, pendidikan, dan pemanasan global. Sedangkan laki-laki lebih tertarik
pada isu-isu public seperti tingkat bunga bank, kebijakan kependudukan, pajak
sumbedaya alam, hubungan industrial, pajak, dan sebagainya. Hasil penelitian
ini dipaparkan kepada 20 peserta perempuan dari Asia Pasifik dalam kuliah
singkat Perempuan dalam Politik CDI 2011 di Canberra Australia. Yang menarik
dari hasil survey ini terlihat bahwa isu-isu yang lebih diminati oleh perempuan
adalah isu-isu penting yang selalu dijadikan isu sentral oleh pemerintah dalam
pembuatan kebijakannya. Selain itu, dari hasil survey ini terlihat bahwa
perempuan sebenarnya lebih memiliki perhatian dan lebih dekat terhadap isu-isu
sentral tersebut yang menjadikan keterwakilan perempuan dalam proses-proses
pembuatan kebijakan menjadi sangat krusial.
Banyaknya pendapat yang
mengatakan bahwa keterwakilan perempuan dalam politik dan parlemen tidak
memerlukan perhatian dan pengaturan khusus.
Akan tetapi, kehadiran perempuan dalam pemerintahan dan parlemen masih
sangat diperlukan karena laki-laki dan perempuan berbicara dan berpikir secara
berbeda sehingga pada akhirnya nanti akan menciptakan kebijakan yang adil dan
merata bagi seluruh masyarakat.
Lebih besarnya tekanan yang
dihadapi dan standar yang dikenakan kepada politisi perempuan membuat kurangnya
minat perempuan aktif ke bidang politik, sebuah bidang pekerjaan yang sebanarnya
sangat dekat dengan keseharian perempuan. Tekanan dan standar yang sangat
tinggi terhadap perempuan juga dialami oleh Perdana Menteri Australia Julia
Gillard yang ketika berada di puncak karirnya sebagai politisi masih juga
mendapat tekanan dan pertanyaan tentang kehidupan pribadinya dan bukan pada
hasil kerjanya.
Dari presentasi Monica Costa, Convenor CDI 2011, peserta dapat memahami bagaimana pentingnya
keterwakilan perempuan pada proses-proses pembuatan kebijakan termasuk di
Parlemen sekaligus melihat tantangan politisi perempuan yang senantiasa lebih
mempertanyakan ’kulit’ daripada ‘isinya’. Kriteria dan kualifikasi yang lebih
tinggi diharapkan dimiliki oleh politisi
perempuan, namun criteria dan kualifikasi yang sama tidak akan pernah dipertanyakan
dan dituntut kepada politisi laki-laki yang pada banyak kesempatan sering
menganggap istilah gender sama dengan perempuan.
No comments:
Post a Comment