Sunday, December 4, 2011

Benarkah Perempuan Tidak Tertarik Isu Politik?

Ditulis oleh: Aerin Nizar

Monica Costa, CDI

Perempuan tidak tertarik pada politik dibandingkan dengan laki-laki. Pernyataan menarik ini merupakan hasil survey dari penelitian yang diadakan di Negara Australia dimana kaum perempuannya lebih maju daripada perempuan di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Namun, selanjutnya hasil survey ini juga menunjukkan bahwa perempuan lebih tertarik pada isu-isu domestic seperti kesehatan, pendidikan, dan pemanasan global. Sedangkan laki-laki lebih tertarik pada isu-isu public seperti tingkat bunga bank, kebijakan kependudukan, pajak sumbedaya alam, hubungan industrial, pajak, dan sebagainya. Hasil penelitian ini dipaparkan kepada 20 peserta perempuan dari Asia Pasifik dalam kuliah singkat Perempuan dalam Politik CDI 2011 di Canberra Australia. Yang menarik dari hasil survey ini terlihat bahwa isu-isu yang lebih diminati oleh perempuan adalah isu-isu penting yang selalu dijadikan isu sentral oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakannya. Selain itu, dari hasil survey ini terlihat bahwa perempuan sebenarnya lebih memiliki perhatian dan lebih dekat terhadap isu-isu sentral tersebut yang menjadikan keterwakilan perempuan dalam proses-proses pembuatan kebijakan menjadi sangat krusial.

Banyaknya pendapat yang mengatakan bahwa keterwakilan perempuan dalam politik dan parlemen tidak memerlukan perhatian dan pengaturan khusus.  Akan tetapi, kehadiran perempuan dalam pemerintahan dan parlemen masih sangat diperlukan karena laki-laki dan perempuan berbicara dan berpikir secara berbeda sehingga pada akhirnya nanti akan menciptakan kebijakan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.
Lebih besarnya tekanan yang dihadapi dan standar yang dikenakan kepada politisi perempuan membuat kurangnya minat perempuan aktif ke bidang politik, sebuah bidang pekerjaan yang sebanarnya sangat dekat dengan keseharian perempuan. Tekanan dan standar yang sangat tinggi terhadap perempuan juga dialami oleh Perdana Menteri Australia Julia Gillard yang ketika berada di puncak karirnya sebagai politisi masih juga mendapat tekanan dan pertanyaan tentang kehidupan pribadinya dan bukan pada hasil kerjanya.

Dari presentasi Monica Costa, Convenor CDI 2011, peserta dapat memahami bagaimana pentingnya keterwakilan perempuan pada proses-proses pembuatan kebijakan termasuk di Parlemen sekaligus melihat tantangan politisi perempuan yang senantiasa lebih mempertanyakan ’kulit’ daripada ‘isinya’. Kriteria dan kualifikasi yang lebih tinggi  diharapkan dimiliki oleh politisi perempuan, namun criteria dan kualifikasi yang sama tidak akan pernah dipertanyakan dan dituntut kepada politisi laki-laki yang pada banyak kesempatan sering menganggap istilah gender sama dengan perempuan.

 

No comments:

Post a Comment