Saturday, June 2, 2012

Industri Kakao Terancam Mubazir




http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/499900/
MAKASSAR – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel menilai, industri pengolahan kakao di Kelurahan Pattalassang, Kabupaten Gowa sulit dioperasikan.

Alasannya,pengoperasian pabrik tersebut membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Ketua Komisi B DPRD Sulsel Aerin Nizar mengatakan, untuk mengoperasikan pabrik tersebut, pemprov diminta tidak menggunakan anggaran dari APBD. Selain itu, bahan baku kakao butter powder yang dibutuhkan setiap jamnya berkisar 1,5 ton senilai Rp250 juta. “Ini akan sulit dioperasikan karena membutuhkan anggaran yang sangat besar dan tidak boleh menggunakan APBD,” katanya usai melakukan kunjungan di lokasi pabrik kakao di Gowa,kemarin.

Selain itu,akses jalan untuk sampai di lokasi pabrik masih memprihatinkan. Listrik dan air yang merupakan kebutuhan dasar pabrik,juga belum tersedia. Sarana dan prasara pendukung tersebut, seharusnya disediakan Pemerintah Kabupaten Gowa. “Ada genset, tapi itu kan hanya cadangan,jika tidak ada listrik. Kapasitas genset yang mencapai 200 ribu watt juga melebihi kebutuhan,”ungkapnya. Menurutnya, untuk mengoperasikan pabrik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan harus mencari investor sehingga memiliki modal yang cukup dan mengetahui strategi pemasaran.

“ Jika tidak,maka pabrik itu terancam menjadi besi tua. Padahal jika dikelola dengan baik maka berpotensi memberikan PAD yang besar,” ujarnya. Aerin pun meminta kepada Disperindag untuk segera membuat rencana mengatasi masalah itu. Jika tidak ditangani secara serius, maka anggaran dari APBD dan APBN yang terserap untuk pengadaan pabrik kakao itu akan mubazir.“ Makanya harus dikelola sesuai dengan peruntukan awalnya, anggaran yang dikucurkan untuk pabrik itu sudah cukup besar,”ujarnya. ● abd salam malik

No comments:

Post a Comment