Sunday, September 2, 2012

DPRD Sulsel Datangi Lokasi Antraks

Home » Local News » Sulsel

http://www.fajar.co.id/read-20120831193208-dprd-sulsel-datangi-lokasi-antraks 
Sabtu, 01 September 2012 | 19:32:08 WITA | 149 HITS

Aerin Nizar, Ketua Komisi B di Lokasi Antrax Kab. Maros
MAROS, FAJAR -- Menyikapi munculnya kasus antraks di Maros, sebanykira enam orang anggota DPRD Sulsel, mendatangi langsung Dusun Palisi, Desa Tellumpoccoe, Kecamatan Marusu, guna menindaklanjuti laporan masyarakat terkait matinya 50-an ekor sapi milik warga di daerah tersebut, Jumat 31 Agustus kemarin.

Keenam anggota DPRD Sulsel yang kesemuanya dari Komisi B, dipimpin langsung Ketuanya, Aerin Nisar. Sedang anggotanya, di antaranya Buhari Qahhar Mudzakkar, Imbar Ismail, Yushar Rasyid Ali, Raja Gau, dan Mukhtar Tompo.

Kesempatan ini, Aerin Nizar mengatakan, kunjungannya kali ini di Desa Tellumpoccoe ,guna memperoleh informasi langsung terkait adanya laporan warga yang sapinya mati mendadak. “Kami ingin mengecek langsung di lapangan dan membuat rekomendasi tindakan antisipasi penyebaran penyakit antraks, sehingga tidak menjadi epidemik di wilayah atau kabupaten lain," jelasnya.

Disebutkan, dari hasil pertemuannya dengan Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan yang membidangi Kesehatan Hewan (Keswan) Kabupaten Maros dan Dinas Peternakan Provinsi, hingga hari ini secara keseluruhan jumlah sapi yang mati mencapai 56 ekor.

Dia juga mengatakan, dari hasil kunjungannya itu diperoleh dua masalah, pertama ketidakcukupan stok vaksinasi yang dimiliki, dan kedua kurangnya kesadaran warga dan pemilik hewan akan pentingnya vaksinasi. “Sehingga, ada indikasi kejadian antraks di tahun mendatang bakal terulang kembali," katanya mengingatkan.

Solusi ke depannya, kata Aerin Nizar, pihaknya akan mengajukannya pada anggaran perubahan APBD 2012 Provinsi Sulsel, terkait dengan anggaran pengadaan vaksin dan obat-obatan. Juga anggaran sosialiasi ke masyarakat. “Tapi, dibutuhkan sharing dengan Pemerintah Kabupaten Maros,” katanya.

Mengenai besaran anggarannya, dia mengaku belum bisa menyebutkan angka pastinya karena baru menghitung.

Sementara Dokter Hewan Bagian Kesehatan Hewan DPKP Kabupaten Maros, Ujistiany Abidin mengungkapkan, asal muasal tejadinya antraks berawal dari salah seorang warga Desa Ma'rumpa Kecamatan Marusu yang pada pertengahan Juli lalu, sekira 16 ekor sapinya mati secara beruntun. “Tapi itu tidak dilaporakan karena dianggap keracunan. Dari sini menjalar menimpa sapi milik warga di Dusun Palisi Desa Tellumpoccoe,” terangnya.

Dikatakan, pihaknya baru mendapat laporan dari warga pada Senin 20 Agustus malam lalu. Makanya, pihaknya baru turun ke lapangan Selasa 21 Agustus.

Saat itu, pihaknya melakukan pemeriksaan sesuai petunjuk, dan menyarankan agar yang diperiksa itu tanah dan potongan telinga saja.

"Secara teori, hewan yang terindikasi bakteri antraks tidak boleh dibedah, tapi ada warga yang berinisiatif saat itu karena sapi tersebut telah disembelih. Maka selain diambil organ potongan telinganya, isi rumen dan paru-parunya juga diambil," ungkapnya.

Dari hasil pemeriksaan di laboratorium Balai Besar Veteriner (BB-Vet) itu, kata Ujis, dinyatakan positif di bagian paru-paru. Dia juga menyebut satu ekor sapi yang ditemukan mati hari ini (kemarin, red) belum diketahui pemiliknya. Namun, hewan itu ditemukan di sekitar rumah Dg Hasan yang sapinya juga mati beberapa waktu lalu.

"Kita sudah melakukan penanganan dengan melakukan pengobatan. Kalau bangkainya masih ada, kita juga melakukan penanganan bangkai dengan cara dikubur dan dibakar. Serta penanganan disinfeksi lokasi atau lingkungan," tandasnya.

Ujis menjelaskan, masa inkubasi penyakit tersebut sekitar 14 hari. Jka menular ke masyarakat, baru kelihatan gejalanya setelah 14 hari. “Masalahnya , total sapi yang ada di Kabupaten Maros sekira 59.000-an ekor, namun vaksin yang diperoleh dari Dinas Peternakan Provinsi hanya peruntukan bagi sekira 18.500-an ekor sapi,” paparnya. (rin/lis)

No comments:

Post a Comment