Sunday, May 12, 2013

354 Srikandi Bertarung di Pileg 2014








http://www.fajar.co.id/read-20130511222843-354-srikandi-bertarung-di-pileg-2014

Home » Politik Sabtu, 11 Mei 2013 | 22:28:43 WITA | 181 HITS
Dok/Fajar Ilustrasi

MAKASSAR,FAJAR -- Asa terbentang bagi 354 srikandi untuk menjadi anggota DPRD Sulsel di pileg 2014. Caleg perempuan itu tersebar di 11 dapil, 24 kabupaten/kota. Mereka pun berjuang untuk bisa duduk di kursi legislatif Sulsel. Para perempuan petarung itu berasal dari pelbagai elemen masyarakat. Mereka pun memiliki tingkat ketokohan yang berbeda-beda. Sebutlah Tenri Olle Yasin Limpo, A Rani Defiana Syafiuddin, Andi Ina Kartika Sari, Sitti Muhyina Muin, Aerin Nizar, Nursamsina Aroepala, Andi Rahmatika Dewi, Herlina Amin Noor, Irmawati syahrir, Asma Arief, A Yuviani Paris, Mika Sarira, Erni Saroninson, Misriani Ilyas, Sabariah, Yosepien Marampa, Andi Mujaddidah Alwi, Andi Rahmawati, dan masih banyak lagi.     Meski sudah diberi ruang oleh partai bersaing duduk di DPRD Sulsel mendatang, bukan berarti ratusan caleg ini bisa dengan mudah lolos atau memeroleh suara masyarakat dengan mudah. Sukses mereka duduk di parlemen nantinya akan ditentukan dengan kerja keras. Termasuk pengaruh orang terdekatnya.

Pengamat politik Unhas, Adi Suryadi Culla menyebut peluang caleg perempuan masuk parlemen pada pileg 2014 amat terbuka, bahkan lebih proporsional dibandingkan pemilu 2009. Ini didorong oleh regulasi yang tegas mensyaratkan 30 persen kuota perempuan dengan rumus 3 caleg terdapat 1 perempuan. "Faktor afirmatif yang berlaku seperti itu yang membuat keuntungan istimewa bagi caleg perempuan, sehingga pileg nanti mampu menjamin proporsi keterwakilan perempuan ketika bersaing dalam kontestasi pileg," kata Adi Culla. Dia melihat, peran parpol amat menentukan kiprah caleg perempuan di parlemen. Tidak hanya karena tuntutan regulasi yang sudah "taken for granted," juga dalam konteks pemberdayaan politik perempuan. Dalam hal ini, bagaimana parpol membantu dari segi kelembagaan seperti dalam penentuan nomor urut. Misalnya, perempuan ditempakan pada nomor urut 1 dalam struktur calon tetap yang diajukan. "Dengan demikian posisi perempuan juga dapat lebih diuntungkan, terutama dalam bersaing di pileg," tandasnya. Walau menilai figur perempuan sudah memiliki peluang besar duduk di parlemen, Adi Culla menilai bukan perkara mudah lolos. Sebab tingkat elektabilitas caleg juga merupakan syarat yang diperlukan bagi perempuan. Maka, di luar dari jangkauan regulasi yang bersifat afirmatif, fakta politik caleg perempuan menjadi sorotan terutama terkait kompetensi dan kultur politik. Hal ini membuat peluang caleg perempuan menjadi semakin berat. Apalagi, tantangan atau persaingan sesama caleg di partai dan antarpartai akan berbeda pada setiap daerah pemilihan. Oleh karena itu, caleg perempuan harus mampu memberdayakan dirinya sendiri, tanpa bergantung pada proteksi regulasi parpol.

Lejitkan Kualitas
Fenomena maraknya caleg dari kaum Hawa memang menarik perhatian publik. Ada yang beranggapan mereka hanya dijadikan pajangan. Sebagian lagi menilai hanya untuk memenuhi kuota 30 persen yang disyaratkan KPU bagi tiap partai. Sosiolog Unhas, Dr M Darwis MA, tak membantah hal tersebut. Dia menilai, kuota 30 persen caleg perempuan merupakan peluang besar bagi mereka. Hanya saja, kata dia, kuota tersebut tidak berkolerasi dengan hasil perolehan suara karena keterpilihan lelaki jauh lebih tinggi. Menurut dia, kuota minimal 30 persen merupakan regulasi keberpihakan terhadap perempuan. "Karena itu kita berharap perempuan bekerja keras agar bisa terpilih. Tapi, ini memang tantangan. Pengalaman yang lalu, cukup banyak yang terpilih tapi kapabilitasnya masih perlu dipertanyakan," katanya. Jumlah legislator se-Sulsel, lanjut Darwis mencapai sekitar 130 orang. Hanya saja, waktu itu jumlah partai cukup banyak. "Sekarang perempuan lebih beruntung karena jumlah partai hanya 12.
Namun, sekarang makin sulit mencari perempuan yang punya kapasitas. Oleh karena itu perempuan harus meningkatkan kemampuannya dalam hal politik praktis. Selain itu, mereka juga harus paham betul daerah pemilihan," imbuh dia.

M Darwis juga berharap agar para caleg perempuan tidak melakukan praktik politik pragmatis atau kampanye dengan cara-cara "kotor". Meski pun, kata dia, pemilih saat ini banyak yang pragmatis, namun akan lebih bijak jika para caleg berkampanye dengan cara yang arif. "Karena ini adalah kesempatan, maka perempuan mesti bekerja keras dan jangan menghambur-hamburkan uang hanya untuk terpilih. Demikian juga partai, mereka harusnya membantu memperjuangkan calegnya agar terpilih," tutur pria kelahiran Bone, 9 Juli 1961 Yang harus dicegah, sambungnya, jangan sampai para Caleg menghamburkan banyak uang. "Jika kelak terpilih mereka tidak lagi bekerja untuk rakyat. Tapi, tujuannya bagaimana mengembalikan uang tersebut. Ke mana-mana kejar proyek hanya demi mengembalikan uang yang telah banyak dikeluarkan," kritiknya.

Hal serupa disampaikan aktivis perempuan Sulsel, Andi Mariattang. Dia berharap agar para perempuan yang menjadi caleg tidak hanya menjadi pajangan tetapi harus terus meningkatkan kemampuan dirinya. "Dibandingkan Pemilu sebelumnya, saat ini jumlah perempuan yang nyaleg lebih banyak. Meski ada yang betul-betul punya planning, namun tidak sedikit yang secara tiba-tiba mencalonkan diri karena satu dua partai membutuhkannya sekadar memenuhi kuota 30 persen," ujarnya. Legislator DPRD Sulsel ini menambahkan, mereka yang tiba-tiba dipanggil oleh partai inilah yang dipastikan tidak siap. "Dalam artian mereka tidak punya rencana matang jauh hari sebelumnya. Padahal, Pemilu kali ini jauh lebih ketat," kata dia. Mariattang menilai, Pemilu sebelumnya telah menghadirkan banyak kejutan bagi keterpilihan perempuan. "Di DPRD, 30-an legislator perempuan berasal dari partai yang tidak lolos verifikasi. Mereka harus gabung dengan partai yang lolos saat ini. Meski demikian, kita optimis saja akan ada kejutan pada 2014," harapnya. Harapan lainnya, lanjut dia, keterpilihan perempuan kelak bukan sekadar kuantitasnya yang meningkat tapi juga kualitas. "Partai-partai saya kira juga punya cara dan tentu lebih selektif memilih caleg. Kita berharap kualitasnya lebih baik dari sebelumnya," tandasnya. (sah-sam)

No comments:

Post a Comment