Monday, July 2, 2012

Komisi B: Program Gernas Kakao Gagal

http://www.ujungpandangekspres.co/komisi-b-program-gernas-kakao-gagal/

Rugikan Petani 74 Persen
MAKASSAR, UPEKS– Komisi B Bidang Perekonomian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel, menilai, program Gerakan Nasional (gernas) benih kakao untuk jenis Somatic Embryogenesis (SE), dinilai rugikan petani. Program yang dibanggakan oleh Dinas Perkebunan Pemprov Sulsel itu telah gagal hingga 74 persen.

Bahkan temuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam Universitas Hasanuddin melansir 74 persen lahan peremajaan kakao di Sulawesi Selatan dan Barat rusak akibat pengunaan teknologi bibit Somatic Embryogenesis (SE). Hal tersebut diungkapkan ketua komisi B DPRD Sulsel, Aerin Nizar, kepada wartawan baru-baru ini.

Menurutnya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah selama ini tidak melakukan koordinasi dalam pengembangan bibit SE. Bahkan ia menganggap dinas perkebunan Sulsel terkesan melakukan pembiaran terhadap dampak bibit SE tersebut. “Kerusakan lahan yang mencapai 74 persen akibat pengunaan bibit SE sangat merugikan petani.

Walau program tersebut dicanangkan pemerintah pusat, tapi tidak serta merta pemerintah lepas tangan. Ini juga namanya program mubazir yang menghabiskan anggaran yang cukup besar,” paparnya. Kata dia, Dinas Perkebunan Sulsel seharusnya melakukan koordinasi dengan semua pihak, termasuk Dinas Perkebunan Kota, pemerintah provinsi sebelum menjalankan program gernas yang dicanangkan pemerintah.
Sebab struktur tanah dan cuaca di Sulsel tidak cocok untuk bibit SE. Sementara itu, ketua Asosiasi Kakao Sulsel, Yusa Rasyid Ali, menuturkan, persoalan kakao ini sudah lama terjadi. Bahkan pihaknya telah melaporkan masalah tersebut ke pemerintah pusat dan provinsi, namun tak ada tanggapan.
“Saya sudah bekali-kali melaporkan hal ini, tapi pemerintah pusat sendiri sudah mengutus timnya untuk mengecek, namun hingga saat ini belum ada penyelesaian,” ujar Yusa Rasyid Ali. Hal yang sama juga disampaikan, Jumardi Haruna, menurutnya, program Gernas kakao telah menyerap anggaran yang cukup besar, bahkan untuk di wilayah Sulsel saja anggaran pertahunnya mencapai Rp347 miliar, namun hasilnya tetap nihil.

“Apa yang sering dibanggakan mengenai produksi kakao yang terus meningkat, tidaklah sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan saat ini,” tegasnya. Sementara itu kepala Puslitbang SDA Unhas, Prof Dr Sikstus Gusli, mengungkapkan, dari hasil temuan Puslibang Unhas saat melakukan survei menemukan kerusakan lahan yang sangat parah dari program bibit kakao SE tersebut. (mg03/sev)

No comments:

Post a Comment